Gambar ilustrasi dari sahabatanak.org
Senyum tidak
berbiaya tetapi memberikan sesuatu yang berharga,
Senyum cuma
sejenak Tetapi memorinya berkepanjangan,
Senyum dapat
menjadi pencair hubungan yang beku,
Pemberi semangat
dalam keputus-asaan,
Keceriaan bagi
yang tertekan,
Pencerah suasana
muram,
Kelegaan bagi
yang sedang keletihan,
Obat penenang
jiwa yang resah,
Senyum tidak
dapat dibeli, diminta, dicuri, atau dipinjam,
karena senyum
sesuatu yang tidak berharga sebelum ia diberikan…
Bait puisi tersebut mengingatkan saya akan arti dari
senyuman tulus dan sapa ramah yang menjadi kekuatan yang amat luar biasa. Di
mulai dari kejadian yang saya alami kemarin sore sepulang dari menghadapi
kepenatan pekerjaan di kantorku.
Senin sore, 6 November 2006
Aku bersama satu
rekan kerjaku akan berangkat melayat ibu dari teman kerjaku yang baru saja
meninggal. Seperti biasa sepanjang tangga kantor kami masih membahas topik
pekerjaan yang baru kami selesaikan bersama sambil menuju mobil kantor yang
akan membawa kami. Sang supir tersenyum sambil mempersilakan kami untuk masuk
ke dalam mobil "Kita menuju mana bu?" tanyanya dengan senyuman kas
yang aku sangat kenal. "Ke arah Sentul, kita lewat jalan tol saja"
Jawabku. Dia memundurkan mobil dengan perlahan, tapi tiba-tiba dua orang
laki-laki "preman" menghapiri mobil kami sambil memukul-mukul kaca
jendela. Aku sempat berpikir mungkin mobil ini mengenai kendaraan lain yang
dibelakangku, dengan reflek aku meminta temanku untuk membuka kaca jendela,
"Ada apa pak?" tanyaku ingin tahu. Tanpa kusangka dia manjawab dengan
garang sambil menunjuk-nunjuk teman disebelahku "Lu....jangan kurangajar
ya...kurangajar!!!" teriaknya sambil memberikan kepalan tangannya yang nyaris mengenai wajah temanku bahkan
melemparkan segala yang ada digenggamannya kepada temanku. "Ada apa?...ada
apa?" tanyaku dan temanku kembali kepadanya. Dia malah membelalakan mata
seramnya dan tanganya masih ingin melayangkan pukulan kepada temanku ini.
"Ya Tuhanku...lindungi kami...ada apa sebenarnya?" doaku dalam hati.
Mobil kami pun
melaju menuju tol. Sepanjang perjalanan kulihat wajah temanku pucat dan badannya
bergetar, kami masih belum mengerti ada apa sebenarnya. Sepanjang perjalanan
kami hanya menebak-nebak masalah yang terjadi dengan kedua preman itu dengan kami.
Ah....aku juga tidak mengerti sama sekali apa yang terjadi sebenarnya.
"Mbak, besok aku akan temui mereka....biasanya mereka sangat baik dan
ramah terhadap aku, jadi biarkan aku yang bertanya kepada mereka" kataku
kepada temanku ini.
Selasa Pagi, 4.45 AM, 7 November 2006
Pagi-pagi sekali
aku sudah bangun sambil mempersiapkan segala sesuatu yang akan kuhadapi hari
ini. Dalam doa pagi kusertakan apa yang
akan aku lakukan di hari ini memohon bimbinganNYA terlebih untuk janjiku
menemui kedua preman itu.
Kebun Raya Bogor, 6.00 AM
Ah...segarnya
udara yang diberikan Tuhan kepada kita, aku sangat gembira kegiatan pertama
diluar rumah dengan gerakan Taichi yang sudah diajarkan Sifu kepada kami dan
sedikit jalan cepat di dalam Kebun Raya. Bersyukur, aku masih diberikan nafas
dan kehidupan untuk menikmati ini semua.
Kupandang
sekelilingku, beberapa orang sedang berlari dengan wajah tersenyum kepadaku
"Selamat pagi pak...selamat pagi bu...." sapaku sambil tersenyum.
Sambil mengerenyitkan alisnya temanku bertanya apa aku kenal mereka.
"Nggak, cuma melihat mereka tersenyum aku ingin menyapa dan membalas
senyuman mereka".
Rasanya indah
sekali hidup ini bila segala sesuatunya dijalani dengan senyuman, itu yang aku
rasakan saat ini.
Depan Kantor, 7.30 AM
Aha.. itu dia
orang yang akan aku temui untuk bertanya karena kejadian kemarin. Kutemui dia
dan kulemparkan senyuman hangat untuk dia dan dengan santai aku bertanya
"Kenapa kemarin?" dengan serius dan mata yang berkaca-kaca si preman
yang sangat ditakuti orang-orang disekitar kantorku ini langsung menjelaskan
kepadaku dan temanku "Saya tidak mengerti kenapa mbak setiap ketemu saya
tidak pernah menyapa dan tersenyum kepada saya, saya tersinggung kemarin saya
marah karena sudah sejak lama saya memperhatikan mbak bersikap seperti itu
terhadap saya" ujarnya sambil menunjuk kepada temanku. "Tidak seperti
mbak..." sambil mengarahkan pandangannya kepadaku "Dia setiap bertemu
selalu menyapa saya dengan gurauan dan senyuman" lanjutnya lagi.
"Saya sakit hati diperlakukan seperti itu" katanya.
Astaga, temanku
sempat terkaget dan aku pun tercengang mendengarnya. Kami menyadari arti dari
senyuman itu buat orang lain. Oooh...Terima kasih Tuhan, aku pun diingatkan
dengan jalan diketemukan dengan orang-orang ini. Temanku meminta maaf dengan
tulus.
Dari kejadian
yang kami alami, bagaimanakah perasaan Anda bila dihadapkan pada masalah
tersebut? Pernahkah Anda melihat wajah orang yang tidak pernah tersenyum? Yang
pasti, apa pun perasaan kita, pada dasarnya, memandang wajah orang yang tidak mau
tersenyum amatlah menjengkelkan. Ini tidak berarti kita harus terus
senyum-senyum sendiri di mana-mana. Namun, alangkah berbedanya bila sudut bibir
kita tertarik ke atas dan bukannya turun ke bawah.
Menurut wikipedia
dan fisiologi, senyum adalah ekspresi
wajah yang terjadi akibat bergeraknya atau timbulnya suatu gerakan di bibir
atau kedua ujungnya, atau pula di sekitar mata. Kebanyakan orang senyum untuk
menampilkan kebahagian dan rasa senang. Senyum biasanya datang dari rasa
kebahagian atau kesengajaan karena adanya sesuatu yang membuat dia senyum,
Seseorang sendiri kalau tersenyum umumnya bertambah baik raut wajahnya atau
menjadi lebih cantik ketimbang ketika dia biasa saja atau ketika dia marah.
Bila sudut bibir
kita tertarik ke atas, wajah kita akan lebih nampak cerah dan membuat
orang-orang di sekeliling kita merasa aman. Sebaliknya, bila sudut bibir kita
turun ke bawah, maka seluruh rona muka kita akan tampak kusut dan membuat
orang-orang di sekeliling kita enggan mendekat. Bisa saja orang beranggapan,
"Orang itu judes. Orang itu jahat. Orang itu galak. Orang itu
menyeramkan."
Senyum
menunjukkan keramahan yang terpancar dari dalam. Selain itu, senyum juga
melegakan hati diri sendiri. Dengan tersenyum, kita akan merasa lebih santai
dan jauh dari perasaan tegang. Kita memerlukan senyum, bukan hanya untuk
membahagiakan orang lain, melainkan juga untuk menenangkan hati kita sendiri.
Senyum selalu memiliki arti keindahan, ketenangan, kedamaian dan kasih sayang.
Apa pun yang sedang kita alami saat ini -susah atau senang, santai atau
tegang-berusahalah untuk tetap tersenyum. Tersenyumlah memandang semua
hari-hari kita dan rasakan keramahan itu tidak hanya kita dapatkan dari luar
pribadi kita, melainkan dari dalam diri kita sendiri.
Cukup banyak
kejahatan, kekerasan dan angkara murka yang terjadi di sekeliling kita, itu
yang dirasakan pada saat kami menghadapi “preman-preman” beberapa hari lalu.
Semua itu disebabkan karena banyak orang yang enggan untuk mengakui kekurangan
dan kelemahan dirinya. Semua orang enggan untuk bersikap ramah terhadap diri
sendiri (merasa selalu benar), dan akibatnya, manusia enggan pula bersikap
ramah pada sesamanya. Tak ada lagi senyum yang tersungging di bibir. Apakah
kita juga ingin menyemarakkan suasana penuh kekerasan dan tanpa keramahan ini?
Dengan situasi yang makin memburuk sekarang ini, nampaknya senyum telah menjadi harta yang mahal harganya. Senyum makin langka dan makin sulit dicari. Kekristenan selalu mengajarkan kasih. Dalam kasih selalu ada senyum keramahan. Dalam senyum keramahan, tak ada kekerasan dan angkara murka. Adakah kita mau tersenyum dan mengembalikan kedamaian dunia melalui kasih Allah dalam hidup kita?
The power of gun can kill,
The power of fire can burn,
The power of wind can chill,
The power of mind can learn,
The power of anger can
raise inside until it tears you apart,
But the power of smile, especially yours, can
heal a frozen heart.
-Lyzie Bone-
*dari diary pribadi