Quiet Time at Beach
Pertanyaan semacam ini seringkali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya ditanyakan oleh orang lain ataupun kita sendiri kepada seseorang pada saat awal perkenalan dan jawaban yang akan diberikan untuk pertanyaan semacam ini kebanyakan adalah tentang pekerjaan atau profesi.
Kenapa? Karena dalam konteks yang umum, manusia suka mendefinisikan dirinya sendiri dengan apa yang dia lakukan atau kerjakan, contohnya : “aku seorang guru”, “aku kerja sebagai manajer di perusahaan X”, “saya hanya seorang ibu rumah tangga biasa“, “saya seorang pelajar yang berprestasi”, “saya seorang suami, pebisnis juga seorang pendeta.”
Tidak ada salahnya dalam mendefinisikan diri anda sendiri dengan profesi pekerjaan anda, tapi bagaimana jika suatu saat anda akan dihadapkan dengan suatu situasi yang tidak sesuai harapan anda ? situasi dimana Tuhan memproses hidup anda dengan luar biasa, misalnya suatu saat anda tiba-tiba tidak bekerja atau segala sesuatu yang anda punya, cintai dan dibanggakan harus “diambil oleh Allah”. Masih bisakah anda mendefinisikan siapa anda?
Wajar sekali jika kita merasa kesulitan dalam mendefinisikan “siapa saya?” saat semua yang kita punya dan banggakan harus diambil dari kita. Manusia sejak jaman dahulu kala suka melabelkan dirinya sendiri maupun orang lain dengan “standar kesuksesan duniawi”. Seberapa hebatnya pekerjaan kita, seberapa banyaknya uang kita, sukses di usia muda, betapa bahagianya kehidupan rumah tangga kita, dan sebagainya. Seolah-olah semua hal itulah yang harus selalu kita perjuangkan dalam hidup ini supaya dapat diakui “keberadaannya” sebagai pribadi baik dimata orang lain maupun diri sendiri namun kenyataannya setelah memperoleh hal tsb tidak serta-merta membuat seseorang berbahagia dan berpuas diri. Masih ada bagian kosong didalam hidup kita yang ternyata memang “sengaja” Tuhan buat supaya manusia mencariNya, karena bagian itu hanya bisa dipuaskan oleh Tuhan sendiri.
Duduk berdiam diri, menangis dan mencari hadirat Allah yang menciptakan alam semesta beserta isinya dan yang rela mati buat dosa kita adalah jawabannya jika kita ingin tahu “siapa kita” sebenarnya. Alkitab dengan jelas mencatat bahwa anda adalah seorang yang :
Beberapa poin diatas sangatlah jelas oleh karena itu jangan ada lagi rasa tidak percaya diri, rasa takut, rasa malu dalam mendefinisikan diri kita. Jadi saudara, jika ada yang bertanya kepada anda “Siapa Anda?” mari dengan lantang kita menjawabnya “Saya adalah anak Allah, anaknya Tuhan Yesus (^_^).”